Selasa, 20 September 2011

When enough is Enough!

When enough is enough! (kontemplasi bencana banjir di bone raya dan bone daa, gorontalo )

by Uminya Qisara on Tuesday, September 20, 2011 at 2:08pm
 
" Kawan, kemarin bone raya dan bone daa dilanda banjir lagi, setidaknya ada tiga korban jiwa. korban harta benda belum terestimasi." begitu pesan singkat yang masuk ke ponsel saya hampir seminggu yang lalu. mengejutkan dan menyedihkan. begitu reaksi pertama yang muncul. semoga para korban di beri kekuatan dan ketabahan untuk menghadapi ini semua. begitu biasanya respons sebagian kita terhadap bencana seperti ini. Respon paling jauh adalah mengumpulkan sumbangan bagi para korban, (which is good) selama bantuan ini tidak dipolitisir sebagai momen cari muka. mengingat betapa dekatnya momen banjir ini dengan momen penting beberapa bulan ke depan (baca: PEmilukada).

Beberapa media memberitakan bahwa cuaca (hujan) ditambah dengan pembalakan  liar di hulu menjadi penyebab kali ini, namun tidak dibahas lebih lanjut siapa yang melakukan pembalakan liar dan untuk apa pembalakan liar itu terjadi tidak dibahas. mungkinkah media takut membahasnya?

Marilah kita blak-blakan disini! (meskipun saya dan kawan-kawan mungkin bukan kawannya joni blak-blakan).

Pembalakan liar terjadi karena pembukaan wilayah hulu (Baca Taman Nasional Bogani Nani Wartabone) yang telah dikonversi untuk menjadi daerah pertambangan yang dikuasai oleh perusahaan PT. Gorontalo Minerals (GM) yang diperparah dengan penambangan secara sporadis oleh masyarakat. Kondisi daerah yang gundul, dengan konstruksi tanah yang mudah lepas serta diperparah dengan kondisi daerah yang cukup landai, menjadikan laju air menjadi tak tertahankan. Sampai kapan masyarakat harus menjadi korban bencana yang kita sebabkan kemudian kita salahkan pada alam?

Berapa banyak lagi korban yang dibutuhkan sampai mata dan mata hati kita terbuka bahwa pengalihfungsian TNBNW untuk dijadikan daerah pertambangan bukan jawaban untuk meningkatkan PAD dan mensejahterakan masyarakat!??

Seandainya pemerintah mau jujur, Sebagian besar PAD yang dikumpulkan selama beberapa tahun belakangan ini habis hanya untuk menanggulangi bencana banjir yang semakin sering bertamu ke daerah kita akhir-akhir ini.

Jika atas nama kesejahteraan rakyat, pemerintah mengalihfungsikan TNBNW untuk diserahkan kepada perusahaan besar dan ditambang secara masiv kandungan emasnya, maka dalam hitungan realnya berapa banyak masyarakat yang tersejahterakan dengan perusahaan ini? Sebandingkah dengan bencana yang harus ditanggung oleh kita yang mengkonsumsi air PDAM Gorontalo, kami yang tinggal di kawasan penyangga TNBNW, dan masyarakat yang menggantungkan hidupnya sektor pertanian dan perikanan yang dihidupi oleh TNBNW? Bukankah untuk kenyang kita tidak perlu lebih dari satu liter beras untuk memenuhi usus kita, dan untuk mati tidak lebih 2x1 meter kain kafan, serta 2X1X1 meter tanah tempat kita kembali?

APakah pemerintah sudah sedemikian putus asanya sampai harus menjual TNBNW atas nama kesejahteraan rakyat dan PAD? Tidak adakah pilihan lain?

Menggunakan sedimen danau limboto untuk dikelola menjadi semen portland misalnya? Bukankah pemerintah sejak 2008 sudah mengetahui bahwa sedimen Danau Limboto mengandung lebih dari 50% bahan baku semen portland. dan Bukankah dengan menyelamatkan Danau ini pemerintah bisa menjawab tiga masalah sekaligus, menjaga ketersediaan air tanah bagi masyarakat gorontalo, menanggulangi masalah banjir yang terus menerus melanda masyarakat sekitar danau, dan tentu saja meningkatkan PAD!

Apakah mungkin memang lebih mudah bagi penguasa untuk menjual TNBNW kita untuk kemudian membiarkan kita, masyarakat yang menanggung akibatnya, sementara mereka, bisa lari ke luar negeri atau luar daerah untuk menikmati apa pun kompenisasi yang mereka terima dari hasil penjualan TNBNW.

Hmm, semoga Tuhan membuka mata hati kita semua untuk berhenti menyakiti alam dan bumi tempat kita tinggal. Semoga Tuhan menjauhkan kita semua dari pemimpin yang tertutup mata hatinya untuk mendengar rintihan rakyatnya, dan semoga kita dijauhkan dari penguasa yang hanya berfikir untuk kepentingan pribadinya Aamiin.

Aah, semoga tulisan pendek ini dapat kembali mengingatkan kita semua, bahwa enough is enough! cukup sudah penderitaan masyarakat kita. jangan sampai demi menumpuk kekayaan yang pasti akan kita tinggalkan, kita mengorbankan jutaan masyarakat Gorontalo yang lain.

Ingin raasanya saya mengakhiri tulisan ini dengan sebuah kutipan dari seorang Pemimpin besar yang saya sangat kagumi
" Ketahuilah! Masing-masing kamu adalah pemimpin, dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpin. Seorang raja yang memimpin rakyat adalah pemimpin, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya.... Ingatlah! Masing-masing kamu adalah pemimpin dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya. (Shahih Muslim No.3408)

Salam,
dari sudut bumi Allah, Adelaide

Dewi Biahimo